10. Merayakan Hal-Hal Kecil (Akhirnya Bisa Napas Lagi)

Mungkin kamu belum berani resign.

Mungkin kamu masih stuck di pekerjaan yang kamu benci.
Mungkin kamu belum punya jawaban untuk semua pertanyaan eksistensial soal karier, hidup, dan harga diri.

Tapi kamu masih bertahan.
Dan itu pun pantas dirayakan.


Kita Tidak Perlu Sukses Besar untuk Layak Bahagia

Di dunia yang memuja achievement,
kita jadi terbiasa berpikir bahwa bahagia itu harus “besar” dan “terlihat”.

Tapi bagaimana kalau bahagia itu sesederhana:

  • Pulang kerja tanpa mikirin laptop
  • Dengar lagu favorit sambil naik ojek online
  • Punya teman kantor yang bisa diajak bercanda
  • Mampu nolak lembur tanpa rasa bersalah

Hal-hal kecil itu mungkin tidak akan masuk feed LinkedIn-mu.
Tapi mereka cukup untuk membuatmu merasa:

“Hari ini aku hidup. Hari ini aku cukup.”


Self-worth Bukan dari Job Title

Kamu bukan jabatanmu.
Kamu bukan gajimu.
Kamu bukan file presentasi jam 2 pagi yang dikasih label “luar biasa.”

Kamu berharga karena kamu manusia.
Bukan karena KPI-mu hijau.


Belajar Memeluk Diri Sendiri

Mungkin kamu terlalu sering jadi “kuat” untuk semua orang.
Sekarang waktunya untuk jadi lembut pada diri sendiri.

Ucapkan ini pelan-pelan dalam hati:

“Aku boleh capek.”
“Aku boleh salah.”
“Aku boleh pelan-pelan.”
“Aku boleh bilang: cukup.”


Napas Itu Juga Produktif

Tidak semua hal harus menghasilkan.
Ada waktunya hidup itu bukan soal output, tapi tentang pulih.

Tidur cukup bukan kemalasan.
Cuti itu bukan bentuk pengkhianatan.
Menolak zoom meeting bukan bentuk ketidakloyalan.

Itu semua adalah bentuk perlawanan lembut agar kita tetap jadi manusia—bukan robot.


Penutup: Balada yang Belum Usai, Tapi Bisa Diubah Nadanya

"Balada Budak Korporat" tidak harus berakhir tragis.
Tidak harus diakhiri dengan surat resign dramatis atau bisnis multimiliar.

Kadang, cukup dengan kamu mulai:

  • Menyadari
  • Menyuarakan
  • Menjaga batas
  • Memulihkan energi
  • Memberi makna baru pada apa yang kamu jalani

Mungkin dunia kerja tidak akan berubah dalam semalam.
Tapi kamu bisa mulai dari ruang kecil dalam hidupmu.
Dan dari situ, nada balada ini bisa pelan-pelan berubah.
Menjadi lagu yang masih tentang perjuangan—tapi kali ini, kamu tidak lagi jadi korban diam-diam.


Terima kasih sudah membaca. Semoga blog ini menemani, menguatkan, dan menyadarkan: kamu tidak sendirian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. Seragam Tak Kasat Mata

1. Bangun, Mandi, Macet, Kerja, Lelah, Tidur, Ulangi

9. Mitos Work-Life Balance