9. Mitos Work-Life Balance

 Work-life balance sering jadi jargon di iklan lowongan kerja:

“Kami mendukung work-life balance.”
“Lingkungan kerja yang sehat dan seimbang.”
Tapi setelah masuk?

  • Meeting jam 9 malam
  • Grup kantor aktif 24/7
  • Cuti tapi tetap dibombardir tugas

Work-life balance akhirnya jadi seperti kue ulang tahun di pantry—ada, tapi tidak semua bisa menikmati.


Kenapa "Balance" Itu Sulit?

Karena dunia kerja modern tidak dirancang untuk seimbang.

  • Teknologi membuat kita selalu bisa dihubungi
  • Budaya hustle membuat kita merasa bersalah kalau tidak sibuk
  • Kompetisi membuat kita rela kerja lebih, demi dianggap “berdedikasi”

Work-life balance gagal bukan karena kamu lemah,
tapi karena sistemnya memang menuntut kamu untuk terus hadir, aktif, dan standby.


Life = Reward, Work = Kewajiban?

Banyak orang hidup dalam pola pikir:

“Kerja dulu, hidup nanti.”
“Sukses dulu, bahagia nanti.”

Tapi "nanti" itu tidak pernah datang, karena setiap keberhasilan selalu diikuti target baru.
Akhirnya, hidup hanya jadi penghargaan yang ditunda.
Dan kerja jadi satu-satunya bentuk validasi diri.


WFH Bikin Balance?

Ketika pandemi datang, banyak yang berharap WFH bisa jadi penyelamat.
Tapi yang terjadi malah:

  • Sulit membedakan ruang kerja dan ruang pribadi
  • Jam kerja jadi kabur
  • Semua serba multitasking: kerja sambil ngurus rumah, sambil masak, sambil burnout

Kantor pindah ke rumah, tapi ekspektasinya tetap gila.


Bukan Soal Waktu, Tapi Soal Hak

Work-life balance bukan cuma soal “pulang tepat waktu.”
Tapi juga soal:

  • Boleh bilang tidak
  • Boleh off tanpa rasa bersalah
  • Boleh punya hidup di luar job desc

Banyak orang kerja 8 jam tapi tetap merasa hidupnya tidak milik mereka sendiri.
Kenapa? Karena energinya sudah habis di tempat kerja,
dan sisanya cuma untuk bertahan, bukan menikmati.


Bekerja itu bagian dari hidup.
Tapi kalau hidupmu hanya tentang kerja, itu bukan balance—itu penyerahan total.


Lalu, Apa Solusinya?

Tidak semua orang bisa langsung cabut dari pekerjaan yang menyita. Tapi:

  • Kamu bisa belajar berkata cukup
  • Kamu bisa tegas menetapkan batas
  • Kamu bisa pulihkan kendali atas hidupmu sedikit demi sedikit

Work-life balance tidak selalu utopia.
Tapi hidup yang manusiawi bukan sesuatu yang terlalu mewah untuk diperjuangkan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. Seragam Tak Kasat Mata

1. Bangun, Mandi, Macet, Kerja, Lelah, Tidur, Ulangi